Senin, 02 September 2013

Ternak Lele Phyton


Lele Phyton, mungkin nama yang aneh dan asing di telinga, sebab selama ini yang sering dilihat dan didengarkan ditengah masyarakat hanya Lele Jumbo, dan Lele kampung. Lele Phyton merupakan  varietas lele hasil perkawinan silang Lele Afrika dan Lele Thailand.

Bentuknya panjang dan besar,  namun tidak ada tampak sedikit pun seperti ular Phyton. Hanya saja, varietas lele yang pertama kali muncul di Pandeglang, Banten ini diberi naman Phyoton, karena lele jenis ini, perkembangannya cukup pesat dari pada Lele Jumbo dan Lele Kampong lainnya.

“Kenapa dinamakan Lele Phyotn ini, karena masa panenenya hanya cukup cepat yang hanya memakan waktu 1.5 bulan dan tidak ada bentuknya seperti ular piton, dimana lebih diartikan fit dipersepsikan gesit dan ton dengan beratnya yang menjadi keunggulan,” ucap Safril empunya pembudidayaan lele Phyton ketika ditemui di pusat pembudidayaan di  Jl Makmur  Desa Banyumas Stabat, Minggu (13/1/2013)

Ia menejalaskan, pembudidayaan Lele Phyton ini merupakan hasil kerja dia selama menjadi anggota dewan di DPRD langkat selama dua periode. Dimana sambungnya, dari hasil reses yang ia lakukan di Banten, dirinya menemukan adanya pembudiadayaan lele Phyton tersebut.

“Saat aku berkunjung Pandegelang, aku temukan sekelompok warga sedang melakukan pembudidayaan lele ini, lalu aku dan nggota ke sana untuk belajar pembudidayaan lele tersebut,” ucap ketua PDI Perjuangan Langkat ini.

Mantan Pemain PSMS era 80 sampai pertengah 90 ini, menjelaskan sejak saat itu dirinya mulai terpikirkan untuk membuat sentra ekonomi bagi warga langkat.  “Awalnya ingin membuat sentra ekonomi. Jadi sejak enam bulan lalu untuk meningkatkan ekonomi mulai melakukan pembudidayan Lele Pyton,” ujar pria yang pernah membawa PSMS menjuarai piala Asia Pasifik dan membawa PSMS menjadi peringkat 12 dunia.

Ia mengatkan bentuk fisik lele python beda dengan Lele Jumbo dimana Lele Phytpn mempunyai mulut kecil, kumis panjang, kepala kecil, sedangkan badannya bulat dan panjang. Selain itu kualitas rasanya jauh berbeda dengan lele Jumbo.

“Kalau rasa pasti berbeda, lele Jumbo kalau dibakar dan digoreng dagingnya pecah. Sedangkan lele Phyton, tidak karena banyaknya serat yang dipunyai lele tersebut,” ucapnya.

Ia mengtakan, bila berbicara dari segi bisnis pembudidayaan lele Phyton sangat menjanjikan. Dimana selain masa panen yang hanya memakan waktu 1.5 bulan, varietas lele ini mempunyai produktivitas yang tinggi tinggi mencapai 30 sampai 50 ribu sekali bertelur.

“Kalau lele Jumbo dia sekali panen tiga sampai empat bulan dan untuk pakannya bias mencapai Rp 10 ribu untuk perkilogramnya, sedang lele Phyton dia panen satu setengah bulan dan pakannay hanya Rp 5 ribu/kilogramnya. Kalau kita kalikan dari harga pakannya lebih efesien lele Phyton dan kalau kita jual pun lele phyton ini bisa lebih untung dari pada lele jumbo,” jelasnya.

Dengan stok yang kini dipunyainya, sudah banyak permintaaan dari daerah lain untuk membeli lele Phyton. Dimana selain dari Stabat, dari Aceh dan  Pekanbaru juga sering memesan kepadanya, bahkan permintaan mencapai 75 ribu ekor.

“Saat ini kita sangat kewalahan dengan pesanan dari luar,  seperti pekanbaru. Tadi saya, mereka baru mesan 7000 ribu ekor,” ucapnya.

Selain bisnis yang menjanjikan,  ia juga tidak lupa lupa pada tujuan awal dengan pembudidayaan lele Phyton tersebut.  Dimana pembudidayaannaya tersebut untuk membantu perekonomian warga Langkat tetap.

“Saat ini sudah ada 150 kelompok ternak ikan yang kita berikan bibit secara gratis sama mereka,” ucapnya.

Ia juga menjelaskan, untuk pembudidayaan ternak lele ini sangat mudah, dimana pemberian makan pun cukup mudah dengan dua kali sehari di siang dan malam hari. Selain itu, warga yang ikut membudidayakan lele tersebut yang hanya ada di Langkat ini tidak perlu khawatir, karena lele ini kebal dari penyakit ikan.

“Bisnis lele ini, snagat menguntungkan dari bisnis lele jumbo taupun bisnis ayam. Dengan satu setengah bulan bisa dipanen,” ucapnya.

0 komentar:

About Me